Residents of Jakarta, Indonesia went to the polls to elect a new governor for the country's capital. In a surprising twist, voters supported Joko Widodo, an entrepreneur and mayor of central Java city of Solo. Joko Widodo or Jokowi will face incumbent Governor Fauzi Bowo in the second round of elections in September.
Jokowi made headlines by implementing key social reforms in the city he leads, earning him a spot in the 25 best mayors’ list of the 2012 World Mayor Prize, initiated by the City Mayor Foundation.
Blogger Anwari noted that for the first time in Indonesian electoral process, social media such as Facebook and Twitter have been used as effective campaigning tools as well as platforms for voters’ education:
lembaga-lembaga survei politik abai terhadap fakta pentingnya jejaring media sosial yang telah berfungsi sebagai medium pendidikan demokrasi. Padahal, melalui jejaring media sosial itulah aspirasi politik bukan saja bebas dihablurkan, tetapi juga disertai oleh pencuatan opini publik yang sangat tajam, bahkan melampaui ketajaman artikuasli opini di media-media massa konvensional. Dengan caranya sendiri, jejaring media sosial yang bergerak di dunia maya berfungsi sebagai saluran artikulasi demokrasi. Jujur harus dikatakan, bahwa efektivitas kampanye politik di dunia nyata kalah telak dibandingkan dengan gemuruh kampanye di dunia maya. […] Substansi pendidikan demokrasi itulah yang kemudian dituangkan sebagai suatu bentuk kesadaran ke dalam jejaring media sosial. Inilah sesungguhnya paradigma baru pendidikan demokrasi, yang sepenuhnya berbasis teknologi internet. Inilah sebenarnya cybercracy dalam wujudnya yang jelas dan konkret, serta bisa dituai hasilnya dengan segera.
Many Indonesian Facebook users observed the electoral process enthusiastically. Here are their opinions:
Mohammad Zahky Mubaroh: Seharusnya kita bersyukur bisa ada sosok seperti Foke, biar kita diperlihatkan bahwa Hati Nurani itu masih memegang andil di dalam sistem Demokrasi yang selama ini cenderung menghalalkan segala cara termasuk Money Politic…Simpan uangmu Foke untuk tabunganmu di hari tua….
Johannes Silentio: Tiba-tiba, untuk pertamakalinya saya bangga jadi warga DKI Jakarta. Hari ini kemenangan warga. Semoga putaran 2 tidak jadi kemenangan duit dan sentimen. Primordial!
Muhamad Zulkarnain Jamaluddin: Saya melihat indonesia lebih berobjektif dalam politik… Di lihat dalam kempen ini, sentimen tidak begitu dimainkan… Ini baru resume yang dikemukakan secara betul dalam *interview kerja* ahli politik…
Below is the Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) campaign ad which appeared in Jakarta cinemas:
Below is a short animation made by Jokowi-Ahok supporters:
Social media platforms such as Twitter indicated rising interest in democratic process throughout the electoral campaign period. The platform was not only used to cheer and jeer the candidates, but was also used to report quick count surveys, share analysis, hopes and even initial reports of vote buying.
The number of Golput (stands for Golongan Putih), the non voters, was still high. In East Jakarta, the number of non voters exceeded those who voted for the winning duo.
Blogger Ajinatha wrote on citizen media platform Kompasiana:
Golput itu merupakan suara kaum kelas menengah, maka kalangan ini jelas lebih cerdas dalam menentukan pilihan. […]
Memilih juru kampanye adalah hal yang juga penting, menempatkan orang-orang yang tidak disukai masyarakat akan menjadi kontraproduktif […]Diatas kertas memang seharusnya Foke_Nara bisa menang diputaran kedua, semua juga tahu dukungan bagi Foke_Nara baik dari segi finansial maupun moral cukuplah besar, tinggal saja bagaimana memenej dukungan ini menjadi sesuatu yang postif.
Following their defeat, Foke-Nara party claimed that its rivals endorsed vote buying [id]. Candidate Nachrowi and his entourage were photographed handing out “gratitude money” [id] to a group of housewives during the campaign. The incriminating photos were quickly uploaded into the internet.
Some non-voters posted their opinions on Facebook:
Rino Cahyo Nugroho : Sebetulnya gw mau golput di putaran ke 2, tp melihat pengalaman hari ini begitu amburadulnya ngurus KK dan KTP di kelurahan, mk emang bang Foke hrs direshufle…..
Lucky Ramandita: klo menurut LSI bhwa org yg golput saat ni dlm PILKADA mencapai 40% brrti para Capil itu hanya memperebutkan 60% suara.. itu brrti kuota trbesar adalah golput.. harusnya golput donk yg jd pemimpinya ya..(para golongan putih).. haha #ganti demokrasi…
2 comments